BERANDA · MENU · ARTIKEL · KAJIAN IPTEK

IPM Bantu MDMC Banten Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir Labuan

ipm.or.idMuhammadiyah Disaster and Management Center (MDMC) Banten telah menyalurkan dana kemanusiaan dari PP Muhammadiyah dalam bentuk paket sembako sebanyak 154. Bantuan ini diberikan pada korban banjir di kecamatan Labuan dan Carita pada Selasa (26/ 7) ke 4 titik, yakni Kp. Panguseupan, Ds. Labuan dan BTN Sentul, Ds. Teluk di Kecamatan Labuan dan Kp. Cibereum dan Kp. Pagedongan di Kecamatan Carita.
Turut andil dalam misi kemanusiaan ini PW IPM Banten, AMM Pandeglang (IPM, IMM, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan), MDMC Pandeglang, serta PCM dan PCA Labuan. Bantuan diserahkan dengan diangkut oleh mobil pick up ke kampung-kampung yang sudah ditargetkan.

Menurut penuturan ketua RT Kp. Panguseupan, saat kami datangi banjir sudah dalam keadaan surut, tetapi sebelumnya Minggu (24/7) hingga Senin (25/7) banjir mencapai ketinggian 2,5 meter.
[Sonhu Sun]

Artikel keren lainnya:

Pendidikan Perdamaian Kaum Pelajar

Oleh: Moh. Mudzakir, M.A. 

Meski tahun baru pendidikan sudah usai, wacana mengenai Masa Orientasi Siswa (MOS) hingga kini masih terus beredar. MOS menjadi isu nasional yang sejak dulu tidak pernah tuntas dibicarakan. Bahkan, Mendikbud, Anies Baswedan pun turun tangan. Di berbagai media, Mendikbud melarang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai pengelola Masa Orientasi Siswa. Pelarangan resmi tersebut dilakukan dengan alasan agar kasus kekerasan di kalangan pelajar tidak muncul kembali (12/07/2016). Anies menilai, berdasarkan laporan yang diterimanya, MOS menjadi praktik bullying dan kekerasan yang dilakukan oleh para senior terhadap adik kelasnya. Mereka tak hanya mendapatkan kekerasan fisik, tapi juga psikis. Secara implisit, Anies melihat bahwa penyebab terjadinya perpeloncoan dan bullying di sekolah karena adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan penyambutan siswa baru tersebut. Untuk mengatasinya, perlu menghilangkan peran partisipasi siswa yang mengatasnamakan OSIS dalam pengelolaan kegiatan tersebut. 

Karena itulah, tradisi tahunan ini diserahkan sepenuhnya kepada pihak guru untuk mengelolanya. Harapannya, dapat menghilangkan praktik kekerasaan di awal tahun ajaran baru. Berbeda dengan Mendikbud, Pelaksana Tugas Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rasidi, berpendapat lain. Ia menyatakan bahwa siswa justru perlu dilibatkan dalam pelaksanaan MOS. Unifah menganggap partisipasi pelajar dalam kegiatan MOS justru menjauhkan praktik perpeloncoan yang seringkali terjadi di antara siswa. Siswa senior yang tergabung ke dalam organisasi siswa (OSIS) itu belajar bertanggung jawab untuk membantu dan mendampingi para siswa baru agar bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Namun, pelibatan OSIS dalam pelaksanaan MOS tetap harus dalam pengawasan sekolah dan guru. Pengajar dan guru wajib memberi pemahaman dan sosialisasi kepada siswa lama mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam pelaksanaan MOS tersebut.

Hal ini, ia tegaskan, guna mencegah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan masa orientasi siswa-siswa baru. Kebijakan yang disampaikan oleh Mendikbud bukan tanpa masalah. Saya melihat ada dua hal penting yang perlu dipertanyakan kembali dari kebijakan tentang MOS tersebut. Yaitu, terkait kekerasan dan peran siswa di sekolah. Pertama, Mendikbud prihatin terhadap kasus-kasus kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan. Kekerasan tersebut berupa perpeloncoan dan bullying yang terjadi di kalangan pelajar. Secara eksplisit, ia melihat praktik kekerasan itu mendarahdaging karena dibiasakan oleh para pelajar. Pelajar yang melakukan praktik kekerasan dan yang menjadi korban juga pelajar. Mendikbud tidak melihat praktik kekerasan lain, semisal yang melakukan kekerasan adalah guru, kepala sekolah, pengaruh media, masyarakat atau bahkan kekerasan struktural yang diakibatkan oleh pemerintah. Singkatnya, pelajarlah yang menjadi kambing hitam dalam kasus ini.

Kedua, karena pelajar menjadi kambing hitam, maka mereka yang direpresentasikan oleh OSIS harus menerima akibatnya. Mereka tidak perlu lagi terlibat dalam proses kegiatan MOS. Mendikbud tanpa menyebutkan kajian dan hasil penelitian terkait peran OSIS di sekolah, terkesan memukul rata bahwa OSIS menjadi biang keladi persoalan. Secara implisit, Mendikbud yang ketika masa SMAnya adalah pegiat OSIS, tidak percaya terhadap peran strategis organisasi siswa dalam mengatasi problematika pelajar. Tidak bisa dipungkiri dalam kegiatan MOS apapun selalu muncul praktik kekerasan di sekolah. Kenyataan ini tetap harus menjadi perhatian semua pihak untuk turut mencari solusi kolektif dalam rangka menyelesaikan problematika tersebut. Tentu didasari pada kajian yang komprehensif, bukan sepotong-potong.

Padahal, selain MOS, kekerasan lain juga banyak terjadi ketika sudah masuk sekolah, baik yang dilakukan oleh guru, lembaga sekolah, bahkan oleh negara sendiri melalui kebijakan-kebijakan pendidikannya yang diskriminatif dan elitis. Mengapa fakta sosial ini tidak disebutkan oleh Mendikbud secara gamblang dan berkelanjutan? Kalau mau serius, kasus kekerasan yang dijadikan pelarangan bukan hanya saat MOS saja, melainkan secara keseluruhan dalam proses pendidikan. Kekerasan bisa terjadi kapan saja ketika proses pendidikan berlangsung. Kekerasan tidak mengenal waktu dan tempat, karena kekerasan merupakan bentuk agresivitas kelompok dominan yang terlembagakan. Praktik kekerasan harus dihilangkan dalam seluruh proses pendidikan di sekolah, bukan hanya saat MOS saja.

Semua pihak, pemerintah, sekolah, guru, siswa, orang tua, media massa, dan masyarakat harus ikut memerangi dan melawan praktik kekerasan melaui implementasi nilai-nilai pendidikan perdamaian (peace education) di sekolah. Kalau selama ini MOS dikhawatirkan berbagai kalangan, termasuk Mendikbud, justru MOS harusnya bisa dijadikan sebagai arena mengampayekan pendidikan anti kekerasan. MOS sebagai ruang ta’aruf (saling mengenal), persahabatan, solidaritas, dan kasih sayang antara siswa lama dan baru sebagai bagian satu keluarga besar sekolah. Saya menganggap bahwa pelajar merupakan bagian dari pihak strategis yang dapat terlibat menyelesaikan permasalah kekerasan dalam dunia pendidikan.

Dengan melarang mereka terlibat dalam kegiatan MOS sama halnya menafikan peran strategis mereka, dan memposisikan mereka sebagai objek dalam proses pendidikan. Padahal, mereka pun bagian dari aktor utama yang harus diajak berpartisipasi mengatasi masalah ekosistem sekolah. Melarang OSIS terlibat dalam kegiatan MOS justru bisa menutup ruang artikulasi pelajar dalam mengembangkan softskill mereka dalam konteks kepemimpinan. Padahal, salah satu tujuan pendidikan, selain meningkatkan kemampuan akademik, juga memiliki kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kerjasama, dan empati yang semuanya bisa dikembangkan melalui berorganisasi. Dengan berpartisipasi aktif, mereka berlatih untuk mengasah kepemimpinan dan rasa tanggungjawab yang berguna di kemudian hari ketika mereka terjun di dunia nyata. 

Untuk mengantisipasi penyalahgunaan MOS, pemerintah dan sekolah bisa melakukan langkah-langkah strategis. Pertama, kepanitian selain dari guru juga melibatkan unsur pelajar (OSIS). Harapannya, selain bisa saling kontrol juga bisa melatih praktik kolaborasi antara guru dan murid di luar kelas. Guru hadir di tengah-tengah murid sebagai bentuk pengamalan in madya mangun karso. Kedua, mengajak partisipasi masyarakat, khususnya organisasi-organisasi pelajar seperti Ikatan Pelajar Muhamamdiyah (IPM), Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU), Pelajar Islam Indonesia dan organisasi pelajar lainnya untuk terlibat memonitoring kegiatan MOS yang dilaksanakan di lembaga pendidikan.

Ketiga, menyelenggarakan sayembara MOS terbaik di berbagai level yang mencerminkan semangat anti-kekerasan dan bernilai daya kreativitas yang kritis-transformatif. Saya sangat percaya bahwa partisipasi pelajar melalui OSIS dalam MOS penting. Bukan hanya sebagai wahana melatih kepemimpinan dan tanggung jawab, melainkan juga menjadikan mereka sebagai duta pelajar anti-kekerasan dan aktor strategis pendidikan perdamaian (peace education). (http://koranopini.com/)

Penulis adalah Ketua Umum PP IPM 2006-2008), saat ini menjadi Dosen Sosiologi Pendidikan FIS-Unesa dan Pengurus HIPIIS Jatim

Artikel keren lainnya:

Peringatan Milad 55 IPM di Lamongan

ipm.or.id—Kemeriahan Milad Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke-55 membawa semangat tersendiri bagi seluruh kader IPM di Nusantara. Kemeriahan tersebut diiringi dengan semangat berkemajuan oleh pelajar-pelajar Muhammadiyah di Lamongan.

Semangat tersebut dibuktikan oleh Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kab Lamongan untuk mengadakan peringatan Milad IPM ke-55 pada Ahad,(24/7) di Alun-alun Kota Lamongan.

Bekerjasama dengan RS Muhammadiyah Lamongan, Palang Merah Indonesia dan Perpustakaan Lamongan, IPM Lamongan mengadakan cek kesehatan gratis, donor darah, dan Book on the street.

“Rangkaian acara Milad IPM tersebut dimanfaatkan untuk membawa misi literasi, sosial dan kemanusiaan,” ungkap habib, ketua umum IPM Lamongan. Beliau juga menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk mengembangkan dakwah IPM dalam menjangkau semua elemen masyarakat di Lamongan.

Hal senada juga disampaikan Irvan, selaku koordinator acara Milad tersebut bahwa dalam mengemban amanah pelopor, pelangsung dan penyempurna Ikatan, IPM harus lebih mendekatkan diri lagi kemasyarakat. “Acara seperti ini kemanfaatannya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar,” ungkapnya.

Sekitar 300 orang memadati lokasi acara yang terfokus di Pendopo Alun Alun lamongan sebelah barat tersebut. Terdiri dari 45 pendonor darah, 70 cek kesehatan dan selebihnya memadati area membaca dari lansia sampai yang muda.

“Acara ini benar benar bermanfaat bagi warga lamongan, saya berharap IPM lebih sering lagi mengadakan acara demikian,” ungkap salah satu warga.

Artikel keren lainnya:

Deklarasi Anti-Senioritas pada FORTASI SMKM 1 Ciputat

ipm.or.id—Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Kota Tangerang Selatan dan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Banten mengunjungi pembukaan FORTASI (Forum Ta`aruf dan Orientasi Siwa) SMK Muhammadiyah 1 Ciputat pada Senin (18/7) yang diikuti oleh 209 orang peserta.

Kunjungan ini antara lain merupakan awal dari rangkaian kunjungan PW IPM Banten ke sekolah-sekolah Muhammadiyah di Banten. Alvin Esa, Ketua Umum PD IPM Tangerang Selatan mengaku mengajak PW IPM Banten mengunjungi sekolah ini karena menurutnya sekolah ini adalah salah satu sekolah Muhammadiyah unggulan yang ada di Tangerang Selatan.

Dalam kunjungan tersebut PW IPM Banten menemui hal yang menarik, yakni dengan adanya aksi Deklarasi Anti-Senioritas. “Ini kami lakukan karena selama ini masih banyak ditemukan kasus bullying disebabkan karena rasa senioritas sehingga kami menganggap deklarasi ini perlu sebagai pengingat”, ungkap Suci, Ketua Umum PR IPM SMK Muhammadiyah 1 Ciputat ini.

Setelah dilanjutkan dengan berdiskusi bersama Pimpinan Ranting, Cabang, dan Daerah setempat PW IPM Banten berpamitan untuk melanjutkan kunjungan ke tempat lain dengan berpesan agar melestarikan budaya diskusi untuk meminimalisir kasus senioritas tersebut. Hal ini diamini oleh Alvin Esa, Ketua Umum PD IPM Tangerang Selatan yang menambahkan agar siswa seharusnya lebih fokus mencetak prestasi untuk mengharumkan nama sekolah.
[Sonhu Sun]

Artikel keren lainnya:

IPM Banten Kunjungi FORTASI IPM Se-Banten

ipm.or.id—Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Banten mengapresiasi Forum Ta`aruf dan Orientasi Siswa atau disingkat FORTASI yang berjalan serempak sejak tanggal 18 hingga 23 Juli di seluruh sekolah Muhammadiyah di Banten dengan cara mengunjungi langsung tempat pelaksanaan saat kegiatan berlangsung.

Kunjungan dilakukan ke seluruh daerah yang ada di Banten yakni 8 daerah dengan pembagian 4 kota dan 4 kabupaten dengan mengambil beberapa sampel sekolah di tiap-tiap daerah tersebut. “Kunjungan ini tak lain untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan FORTASI di lapangan agar segala kendala yang terjadi bisa segera mendapatkan respon yang cepat,” tutur Ketua Umum PW IPM Banten, Saeful Bahri.

Adtya Edo Lazuardi selaku Ketua Bidang Perkaderan menambahkan bahwa banyak sekolah yang kebingungan dengan peraturan pemerintah tentang larangan MOS (Masa Orientasi Siswa), meskipun konsep FORTASI berbeda sama sekali dengan MOS tetapi perlu pengawasan terus agar FORTASI tetap berjalan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.

PW IPM Banten banyak menemui berbagai hal unik saat kunjungan tersebut, hal ini diungkapkan oleh beberapa personel PW IPM Banten saat turun ke lapangan. Hasil temuan akan kami dokumentasikan ke dalam bentuk buku catatan perjalanan dan media lain juga sebagai bahan untuk merumuskan pedoman FORTASI khusus untuk IPM Banten, pungkas Kholil Mawardi, Sekbid Perkaderan IPM Banten.
[Sonhu Sun]

Artikel keren lainnya:

Peringati Hari Anak Nasional dan Milad 55, PW IPM Kaltim Adakan Khitanan Massal

ipm.or.id—Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Kalimantan Timur menggelar khitanan massal untuk warga yang kurang mampu, dalam rangka Hari Anak Nasional Sabtu (23/7/2016). IPM menggelar bakti sosial berupa khitanan massal, dalam rangka Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli, dengan sasaran anak-anak kurang mampu di Kota Tepian (sebutan Samarinda).

Kegiatan tersebut diselenggarakan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah, bekerja sama dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisiyah Samarinda. Dalam rangkaian acara tersebut diikuti oleh 55 anak sebagai peserta khitanan.

Ketua Umum PW IPM Kaltim, Anshar, menjelaskan, meski Hari Anak Nasional terus diperingati setiap tahunnya, namun masih banyak anak-anak kurang beruntung yang kesulitan melaksanakan khitanan, terlebih saat ini biaya khitan termasuk mahal.

 “Kita menyadari hal itu dengan menggelar bakti sosial khitanan massal. Sasaran kami adalah anak-anak kurang mampu yang kesulitan menjalankan kewajiban agamanya,” ungkapnya.

Lanjut Anshar menjelaskan, kegiatan itu juga dilaksanakan dalam rangka hari ulang tahun ke-55 IPM. Sehingga 55 anak peserta khitanan diambil dari umur organisasi khusus pelajar Muhammadiyah itu. “Bakti sosial ini merupakan sumbangsih pelajar Muhammadiyah untuk bangsa. Kami ingin membuktikan, pelajar juga bisa ambil bagian membantu kesulitan masyarakat,” tuturnya.

Artikel keren lainnya:

Generasi Berkemajuan (Theme Song Muktamar 20 Ikatan Pelajar Muhammadiyah)


Waktu terus berjalan
Sang Surya semakin terang
Menerangi  negeri ini tanpa kenal lelah

Begitupun kita dan semua yang kita juangkan
Harus tetap melangkah demi cita-cita kita

Satu abad menanti
IPM terus berlari

Lalu kepakkan sayapnya tuk raih mimpi-mimpi
Dengan seluruh niat tekad dan semua yang kita punya 
Berjuang ciptakan generasi tangguh berkemajuan

#Reff:
Pertajamlah pena
Terbanglah gapai cita
Tunjukkanlah pada seluruh dunia

Bahwa kita bisa
Bahwa kita ada
Kita adalah Pelajar Muhammadiyah

*) Diciptakan oleh M Khoirul Huda (Ketum PP IPM) dan diaransemen oleh Akbar Mubarak (Kader IPM Jawa Barat)

Themesong Muktamar 20 Ikatan Pelajar Muhammadiyah bisa diunduh melalui :
1. Google Drive (klik disini
2. Dropbox (klik disini)

Artikel keren lainnya:

Tasyakuran Milad IPM Ke-55

Jakarta - Tidak hanya berhenti di pendukungan #TerimakasihIPM menuju Trendingtopics, rangkaian agenda seremonial Milad IPM ke-55 pun dilaksanakan. Tasyakuran Milad IPM ke-55 pada Sabtu (23/7) mengambil tempat di Komplek Perguruan Muhammadiyah Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Tidak hanya tasyakuran, beberapa agenda lain menjadi bagian dari rangkaian acara tersebut.


Ada agenda wajib berupa sambutan dan tausiyah. Sambutan Ketua Panitia Ipmawan Arman Darmawan. Sambutan tuan rumah, Ketua PCM Kebayoran Lama H. Abu Khairi, Phd. Sambutan Ketua Umum PP IPM Ipmawan Muhammad Khoirul Huda. Ditutup dengan sambutan sekaligus tausiyad oleh Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Alpha Amirrachman, Phd. Sambutan serta tausiyah menggambarkan betapa besar pengaruh IPM terhadap pelajar Indonesia, namun juga memiliki tantangan yang sangat besar karena terus bertatap muka dengan kemajuan zaman.


Kemudian, untuk menggambarkan harapan dan tantangan yang harus terus dihadapi, Tasyakuran Milad IPM ke-55 menghadirkan beberapa alumni PP IPM untuk memberikan testimoninya akan langkah perjuangan IPM. Alumni yang hadir antara lain Deni WK (Ketum PP IPM 2008-2010) yang memberikan testimoni tentang tanggungjawab IPM menjadi bagian pencetak Generasi Emas 2045. Raja Juli Antoni (Ketum PP IPM 2000-2002) mengingatkan akan semangat keilmuan yang harus selalu dijunjung tinggi dalam IPM. Danik Eka (Ketum PP IPM 2010-2012) memberikan pernyataan positif bahwa IPM memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki amupun perempuan utnutk memberikan perannya.


Selain sambutan, tausiyah, dan testimoni, Tasyakuran Milad IPM ke-55 juga dimeriahkan beberapa agenda lain. Agenda-agenda tersebut antara lain Hiburan oleh panitia lokal, Pemutaran Film "Anak Panah Mentari" oleh PC IPM Kebayoran dan PR IPM SMAM 18 Cipulir, Pengumuman Pemenang Lomba Ekoliterasi dan Lomba Desain Logo Muktamar yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, serta peluncuran Themesong Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah.

Tentunya, dengan tasyakuran ini, IPM mengalami sebuah momen penting untuk semakin melanjutkan lagi perjuangannya. Untuk "Menggerakkan Daya Kreatif, Mendorong Generasi Berkemajuan", sesuai tema Milad sekaligus tema Muktamar XX Ikatan Pelajar Muhammadiyah. (nab)

Artikel keren lainnya:

12 Tentara Dampingi FORTASI SMK Muhammadiyah Rangkasbitung


Rangkasbitung - Forum Ta'aruf dan Orientasi Siswa atau FORTASI SMK Muhammadiyah 1 dan 2 Rangkasbitung mengundang banyak perhatian masyarakat sekitar. Pasalnya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut pihak sekolah, Pimpinan Ranting IPM, serta Pimpinan Daerah IPM Kab. Lebak berkolaborasi pula dengan tentara yang berasal dari Kodim 0603 Kab. Lebak.

"Hal ini tidak lain adalah bentuk inovasi kami dalam pelaksanaan agenda rutin FORTASI karena di sekolah SMK Muhammadiyah 1 dan 2 Rangkasbitung ini membutuhkan perhatian lebih soal kedisiplinan" tutur M. Isro, Sekretaris Umum PD IPM Kab. Lebak.


"Kami memang diminta mendampingi kegiatan FORTASI ini dari awal sampai akhir, tapi kami tidak akan melebihi porsi yang sudah diberikan. Harapan kami semoga para siswa baru disini meningkat kedisiplinannya, bukan karena takut kepada kami melainkan karena terinspirasi untuk menjadi disiplin seperti kami ini" tambah Ujang Haris selaku BABINSA KORAMIL 01 Rangkasbitung yang mewakili sebelas tentara lain.

Kegiatan FORTASI ini telah berlangsung sejak Senin (18/7) hingga Sabtu (23/7) dengan diikuti oleh 147 peserta dari SMKM 1 Rangkasbitung dan 17 peserta dari SMKM 2 Rangkasbitung bertempat di komplek perguruan setempat. (Sonhu Sun)

Artikel keren lainnya:

Generasi Berkemajuan (Refleksi Milad IPM ke-55)


Oleh: Azaki Khoirudin

Pada tanggal 18 Juli 2016 hari ini, Ikatan Pelajar Muhammadyah (IPM) genap berusia 55 tahun Miladiyah. Usia yang sudah cukup dewasa dan matang untuk ukuran sebuah organisasi kepemudaan di leval pelajar. Milad kali ini mengangkat tema “Menggerakkan Daya Kreatif, Mendorong Generasi Berkemajuan” Sebuah tema yang sangat relevan dengan kondisi generasi muda bangsa. Sejak kelahirannya tahun 1961 silam, IPM terus berbenah, mulai dari merangkak, berdiri, berjalan, hingga mampu berlari melakukan transformasi gerakan. IPM begeliat dan bergulat dengan realitas. Sudah menjadi takdir sejarah bahwa IPM merupakan organisasi sayap gerakan Muhammadiyah di kalangan pelajar.

Ketika berbicara IPM secara ideologis, tentu tidak bisa melepaskan diri dari induknya yaitu Muhammadiyah. Sebagai gerakan pelajar Muhammadiyah, paham ke-Islaman IPM pun harus merujuk kepada pemahaman Islam ala Muhammadiyah, yakni “Islam Berkemajuan”. Refleksi Gerakan Sebagai organisasi yang mempunyai basis massa pelajar, IPM harus memahami siapa pelajar itu, apa, bagaimana, serta mengapa berbagai macam persoalan muncul di tengah-tengah dunia pelajar. Aneh dan lucu, bila mengklaim dirinya aktivis IPM namun tidak mampu memahami secara mendalam (radical) seluk-beluk “pelajar” baik secara filosofis, sosiologis, psikologis, bahkan politis Sebagai gerakan yang menjadikan “pena” sebagai simbol gerakan. QS Al-Qalam ayat 1 sebagai landasan perjuangan. Maka kader-kader IPM tidak boleh malas dalam “mendialektikakan” antara pemikiran dan praktek gerakan.

Jika demikian, maka sebuah IPM lambat laun, pelan namun pasti akan mengalami stagnasi, kejumudan, pendangkalan, birokratis, dan tidak peka terhadap realitas yang sedang mengalami perubahan. Aktivitas IPM akhirnya hanya menjadi rutinitas balaka tanpa ada relevansi terhadap realitas. Sebaliknya jika IPM mampu mampu melakukan praktek refleksi-aksi atau aksi-refleksi secara simultan dan seimbang, maka IPM akan terus bergerak melakukan inovasi kreatif untuk menjawab persoalan pelajar. Tentu, apa yang dipersoalkan oleh gerakan pelajar satu dengan yang lainnya akan berbeda. Karena hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan gerakan. Paradigma inilah yang menentukan persepsi atau cara pandang seorang aktivis dalam melihat problem. Benar-salah, baik-buruk, masalah atau solusi, semua tergantung dengan paradigma yang digunakan.

Yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa keberlanjutan gerakan IPM tentu dipengaruhi oleh ide, gagasan, pemikiran serta paradigma yang terus bergulir dalam tubuhnya. Dalam sejarah telah terjadi transformasi paradigma gerakan sebagai respons terhadap realitas yang selalu berubah. Era Orde Baru I IPM memiliki paradigma Tri Tertib (tertib Ibadah, tertib belajar, dan tertib berorganisasi), era Orde Baru II IPM memiliki paradigma GATK (Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan), era Reformasi IPM mendeklarasikan Manifesto GKT (Gerakan Kritis-Transformatif), dan pasca Reformasi IPM dikenal sebagai “Gerakan Pelajar Berkemajuan”. Gerakan Berkemajuan Muktamar ke-19 2014, IPM telah menegaskan paradigma gerakannya sebagai gerakan ilmu, yang dibingkai dalam “Gerakan Berkemajuan”. Tantangan-tantangan yang dihadapi IPM tentu selalu dinamis dan unik. Siapapun yang ber-IPM harus mampu “menemukan kenunikannya”. Selanjutnya IPM harus mampu menggerakkan daya dan kekuatannya melalui banyak strategi kreatif.

Dengan meminjam konsep Fauzan A Sandiah (2016), pengiat Rumah Baca Komunitas di Yogyakarta Era IPM yang baru bersandar pada dua kata kunci penting sebagai cara merawat daya-kreatifnya, yaitu berbagi (sharing) dan kolaborasi. Inilah dua hal yang harus dimiliki generasi berkemajuan hari ini. Generasi Berkemajuan ditandai oleh keberhasilannya menemukan ruang diri (keunikan) yang selalu relevan dengan semangat zaman. Generasi berkemajuan mampu “mendorong pada kebaikan, dan mencegah kemungkaran” (amar ma’ruf nahyi munkar). Etos kolaborasi dan etos berbagi menjadi kekuatan atau daya gerak untuk memperkuat proses transformasi sosial budaya, ekonomi, dan politik.

Menurut hemat saya, paling tidak ada lima syarat untuk menjadi generasi berkemajuan sebagai mana semangat QS Al-Ashr. Pertama, bepikir melampuai zaman (futuristik, ashr). Kedua, tauhid murni, sebagai dasar aktivisme. Bahwa segala kegiatan sebagai bentuk pengabdian terhadap Allah Swt. Ketiga, pelembagaan ide kreatif menjadi kerja-kerja peradaban (amal shaleh). Keempat, bersikap kolaboratif dan berbagai dengan berbagai pihak sebagai kehendak murni mendorong kemajuan kehidupan (tawasau bil haq). Kelima, toleran, rendah hati, menebar cinta, dan kasih perdamaian dengan semua makluk (tawasau bis shabr). Demikianlah sekelumit apa yang dapat saya tuangkan dalam tulisan ini dalam rangka menyambut milad IPM ke-55. Semoga IPM selalu jaya, maju, berprestasi dan menginspirasi. Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun.

Penulis adalah Sekretaris Jenderal PP IPM
www.suaramuhammadiyah.id

Artikel keren lainnya:

Inilah Pemenang Sayembara Kepenulisan Ekoliterasi 2016


Menulis adalah bagian dari pekerjaan menyelamatkan peradaban. Beberapa waktu belakangan ini nyaris semua kegetiran manusia di muka bumi adalah soal kondisi bumi yang berubah drastis. Perebutan sumber air bersih, lumpur lapindo yang tak kunjung selesai, pembangunan hotel yang tak sesuai amdal, pembakaran hutan, eksploitasi hutan sawit, dan tentu saja banyak contoh lain dapat dikemukakan untuk menjelaskan gentingnya kondisi bumi hari ini. tak ada yang dapat memastikan kapan reduksi material alam ini akan berhenti. Giddens, seorang ahli sosiologi menggambarkan kondisi dunia hari ini seperti truk besar (juggernaut) yang meluncur bebas dari satu titik terjal bukit menuju landai. Menurut Giddens, kondisi dunia hari ini diliputi oleh ketakpastian yang justru disebabkan oleh teknologi.

Alam dalam hal ini, menjadi korban yang paling menyedihkan. Nyaris semua orang berpikir soal “pindah dari bumi” tanpa pernah berpikir dan bertindak untuk menjaga bumi sebagai warisan bagi generasi di masa mendatang. Dalam rangka memperkuat kesadaran kolektif mengenai pentingnya menjaga bumi, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah bermaksud menyelenggarakan sayembara kepenulisan.

Peran-peran kolektif dan individu dalam menyelamatkan bumi harus didukung oleh banyak pihak, termasuk di dalamnya membangun kesadaran ekoliterasi melalui aktivitas menulis. Melek ekologi (ecoliteracy) adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Fritjof Capra seorang filosof, untuk menggambarkan tingkat kesadaran manusia yang paling tinggi, yakni menghargai lingkungan hidup (ekosistem). Menurut Capra, masa depan manusia bergantung pada kesadaran ekoliterasi. Upaya menuju melek ekologi harus diperkuat melalui kampanye dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga alam. Melalui sayembara kepenulisan dengan tema “Spirit Ekoliterasi untuk Islam Berkemajuan” diharapkan pembentukan kesadaran bahwa manusia merupakan khalifah fil al-ardh menjadi lokus dari gerakan Islam Berkemajuan Muhammadiyah bagi lingkungan. IPM, sebagai organisasi otonom Muhammadiyah memiliki peran untuk menjaga konsep khalifah fil al-ardh sebagai bentuk manusia al-ma’un dan al-'ashr.

 Adapun proses penilaian sayembara mempertimbangkan beberapa hal berikut: Pertama, konten tulisan. Karya tulis ekoliterasi yang diharapkan dari setiap peserta melibatkan informasi objektif, refleksi subjektif, dan perspektif kritis-transformatif. Konten tulisan yang mampu menunjukkan tiga hal ini akan menjadi sebuah karya yang baik. Secara umum, juri menemukan narasi-narasi besar mengapa alam menjadi rusak dan mengapa menjadi sangat penting keterlibatan kelompok muda untuk merespon kerusakan alam. Beberapa alasan menurut para penulis, ialah narasi soal (1) global warming, (2) hak dan kewajiban manusia sebagai penghuni bumi, (3) dampak industri, (4) human non educated, (5) ideologi pembangunan yang eksploitatif. Variatifnya narasi-narasi yang dikemukakan oleh penulis menunjukkan generasi muda saat ini cukup jeli melihat persoalan.

Era keterbukaan informasi menjadi alasan beragamnya perspektif yang digunakan. Hal ini mempengaruhi konten yang mengangkat beberapa topik berikut: (1) menggagas gerakan peduli lingkungan, (2) mendorong keterlibatan lembaga pendidikan dalam konservasi ekologi, (3) mengkritisi eksploitasi lingkungan industri, (4) informasi mengenai perkembangan gagasan peduli lingkungan di setiap sekolah, (5) solusi atas kerusakan lingkungan.

Kedua, penyajian narasi. Karya tulis yang dikirim pada umumnya terdiri atas teknik penulisan dan gaya penyajian narasi yang beragam. Hal ini tentu saja merupakan suatu kelebihan khusus yang dimiliki oleh setiap peserta lomba kepenulisan ekoliterasi. Para juri memahami bahwa menulis data yang komprehensif tidak akan menjamin penyajian narasi yang menggugah. Pada masa sekarang, informasi mengenai kerusakan lingkungan sebenarnya sangat lazim. Terutama narasi soal global warming yang sangat popular diterima publik sebagai konsepsi perubahan lingkungan. Juga soal peran masyarakat sipil secara individual yang mempercepat proses kerusakan. Narasi umum semacam ini tentu saja harus dikemas dan disajikan secara baru dan kritis. Penyajian narasi yang kita butuhkan saat ini adalah narasi yang mampu melampaui keterangan-keterangan semacam itu. Beberapa penulis mencoba teknik penulisan reflektif subjektif. Teknik demikian sangat bagus untuk mengungkapkan kondisi kerusakan lingkungan secara baru dan menarik.

Ketiga, kepesertaan. Lomba sayembara kepenulisan ekoliterasi melibatkan banyak peserta. Mereka pada umumnya memang tidak diseleksi berdasarkan jenjang pendidikan. Hasilnya, para peserta menunjukkan karya tulis yang informatif dan menarik. Semua tulisan yang masuk ke juri termasuk karya tulis yang layak. Memang terdapat beberapa kesalahan teknis penulisan, tetapi hal itu tidak menjadi soal karena pertimbangan konten begitu kuat. Kepesertaan dari jenjang pendidikan menengah pertama juga menunjukkan kemampuan menulis yang bagus.

Lomba sayembara kepenulisan ekoliterasi yang diselenggarakan oleh PP IPM sejak bulan Maret hingga Juni 2016 pada akhirnya telah memutuskan beberapa nama berikut sebagai pemenang lomba sayembara:

1.   Nadya Mazayu Nur S. "Andai Dia Tahu, Mungkin Tidak Seperti Ini" | SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik

2.   Alvina Thoriq "Ijo Royo Royo, Keindahan Bumiku" | SMA Negeri 1 Batang

3.   Arisandi Wafa P. "Selamatkan Kotaku dari Kelangkaan Air" | SMA Negeri 2 Batu

4.   Carollina Angel Syahputri Ibrahim "GAIP, Lestarikan Lingkungan Sekolah" | PR IPM Darul Ulum Muhammadiyah Galur

5.   Nabhan Mudrik "Mulai dari Pelajar!" | Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta

6.   Rifki Alfia Nuriska "Sekolahku Ramah Lingkungan" | SMA Trensains Muhammadiyah Sragen

7.   Moh. Wahyu Syafi’ul Mubarok "Jaga Bumi dengan Harga Diri" | MA Al Ishlah Sendangagung, Paciran, Lamongan

8.   Meriyanti "Mengembalikan Keramahan Bumi" | SMA Muhamamdiyah Plus Toboali, Bangka Selatan

9.   Mukzizah Ayu Arfianti "Sekolahku Ramah Lingkungan" | SMA Muhammadiyah 1 Babat, Lamongan

10. Iklima Imanda LP "Peka Lingkungan Dikit" | Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta


Kepada para menenang, selamat!
Nuun Walqalami Wamaa Yasthuruun

Artikel keren lainnya:

Hidupkan Gerakan dari Umat untuk Umat, IPM Bagikan 600 Paket Takjil


Gerakan dari Umat untuk Umat merupakan gerakan berbagi yang berfungsi menepis sifat individualisme yang sangat terlihat di masyarakat dewasa ini. Muhammadiyah harus menghidupkan gerakan ini sebagai wujud dari spirit Al-Maun. Itulah latar belakang dilaksanakannya kegiatan bagi-bagi takjil oleh PC IPM Bandung Tulungagung pada hari Minggu (26/6) di depan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
600 paket takjil dihimpun dari 12 PRM se-Cabang Bandung. "IPM harus mengambil peran dalam gerakan berbagi dengan terjun langsung ke dalam masyarakat, tanpa membedakan golongan maupun kelompok tertentu" jelas Abizar Ramadani yang merupakan ketua pelaksana kegiatan ini. Memang salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah memperkenalkan IPM kepada masyarakat dan untuk menunjukkan bahwa kegiatan IPM tidak hanya di masjid atau sekolah saja.
Ketua umum PC IPM Bandung mengaku sangat bangga dengan dan memberikan apresiasi yang luar biasa terhadap antusiasme warga Muhammadiyah untuk memberikan sumbangan dan sambutan baik dari masyarakat. "Dari kegiatan ini menunjukkan bahwa spirit Al-Maun warga Muhammadiyah masih terjaga di usia Muhammadiyah yang lebih dari satu abad ini" tambah Yoga
Harapannya kegiatan dari umat untuk umat ini tidak berhenti sampai disini saja. Muhammadiyah adalah bagian dari umat dan harus selalu ada untuk umat. IPM sebagai salah satu ortom Muhammadiyah yang berbasis masa pelajar juga harus memiliki spirit Al-Maun seperti halnya Muhammadiyah. "Perlu diadakan kegiatan-kegiatan lain yang menunjukkan bakti IPM pada masyarakat" tambah Abizar. (ga)

Artikel keren lainnya:

BAP KEGIATAN PERUMUSAN DAN PENYUSUNAN PENDAMPINGAN KADER PW IPM KALTIM


Krisis kader itulah yang selalu kita dengar di setiap pimpinan-pimpinan yang ada di Ikatan kita yang tercinta ini, karena adanya krisis kader tersebut maka banyak pula alasan-alasan yang kita dengar dari setiap pimpinan-pimpinan yang ada di Ikatan kita yang tercinta ini. Alasan-alasan yang keluar dari setiap pimpinan tersebut beragam-ragam pula, sehingga dari alasan tersebut terjadilah yang namanya kefakuman dalam pimpinan atau bahasa lain yang sering di dengar itu adalah stucknansi dalam pimpinan, yang menyebabkan tidak berjalannya roda organisasi tercinta kita ini. Sebab karena alasan itulah Pimpinan Wilayah IPM Kalimantan Timur terketuk dan memutar otak untuk mensiasati  bagaimana caranya agar kader-kader yang ada tidak pergi begitu saja tanpa meninggalkan apapun di dalam Ikatan kita yang tercinta ini. Padahal banyak sekali SDM yang ada dan dapat dimanfaatkan dengan baik,  tetapi ‎tidak mudah bagi setiap pimpinan untuk dapat mengkader SDM tersebut tanpa adanya perkaderan.
Perkaderan juga telah sering dilaksanakan dengan rutin di setiap pimpinan-pimpinan IPM, nanun dalam perkaderan itu  tidak semua SDM dapat ‎menjadi kader bahkan kemungkinan tidak ada satupun SDM tersebut terketuk hatinya untuk menjadi seorang kader di dalam ikatan kita yang tercinta ini. Cara demi cara juga telah di lakukan oleh Pimpinan Wilayah IPM  Kalimantan Timur untuk dapat memperjuangkan kader-kader penerus di dalam ikatan pelajar muhammadiyah. Dan dalam kesempatan kali ini Pimpinan Wilayah katan Pelajar Muhannadiyah Kalimantan Timur beserta seluruh pimpinan daerah yang ada  memberikan terobosan baru dalam bidang perkaderan, yaitu dengan membuat sebuah kegiatan Perumusan dan Penyusunan Pendampingan Kader yang bertujuan agar dalam kegiatan ini dapat hadirnya sebuah Panduan yang nanti kelak akan digunakan oleh para Fasilitator dan Pemdamping dalam menindak lanjuti kader-kader kita yang telah mengikuti Fortasi dan PKDTM 1.
Hal ini juga di perjelas lagi oleh Ketua Bidang Perkaderan yaitu Ade Ismail Ramadhan dalam sambutannya  mengatakan bahwa hanya satu tujuan dalam kegiatan ini yaitu adalah untuk mencari kader di dalam ikatan tercinta ini, dan dalam mewujudkan hal itu maka lewat proses pendampingan lah agar kita dapat memperbanyak kader di ikatan kita ini, serta tentunya pendampingan ini juga tidak akan terlaksana tanpa adanya fasilitator pendamping.
Selanjutnya ketua bidang perkaderan ini juga menjelaskan bahwa dalam kegiatan ini juga adalah salah satu cara agar memperkuat kembali fasilitator-fasilitator pendamping yang selama ini bingung akan arah tujuan mereka setelah menjalani proses pelatihan, dan harapannya adalah dengan adanya panduan pendampingan kader ini akan membuat para fasilitator pendamping akan semangat dalam melakukan proses pendampingan terhadap para kader-kader mereka.
Dalam berjalannya proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kalimantan Timur pada tanggal 30 juni - 02 juli yang di buka langsung oleh PWM ayahanda Aziz Muslim selaku ketua MPK, ini berjalan dengan baik yang dihadiri oleh seluruh pimpinan daerah yang berada di Kalimantan Timur. Dan dalam kegiatan Perumusan dan Penyusunan Panduan Pendampingan Kader ini mengahsilkan tiga keputusan yang di sepakati oleh seluruh pimpinan daerah se Kalimantan Timur yang diantaranya yaitu  panduan pendampingan kader dapat digunakan dan di sebarkan di seluruh pimpinan daerah IPM di Kalimantan Timur, setiap daerah harus memiliki korps fasilitator sebagai wadah para fasilitator dan pendamping, setiap daerah di kaltim berkordinasi dengan seluruh cabang dan ranting dalam melakukan FORTASI di setiap ranting.

Artikel keren lainnya: